Ziarah ke Goa Maria Ratu Perdamaian Sendang Jatiningsih


Salam sejahtera Dulur sedoyo, kali ini saya mengajak  Anda untuk berziarah di Goa Maria Ratu Perdamaian Sendang Jatiningsih.

Gua Maria Jatiningsih atau yang juga biasa disebut dengan nama Sendang Jatiningsih merupakan salah satu tempat peribadatan sekaligus peziarahan umat Katholik yang terletak 17 km di barat Kota Yogyakarta, tepatnya di Dusun Jitar, Desa Sumber Arum, Kecamatan Moyudan, Kabupaten Sleman.

Sebelum dibangun menjadi Gua Maria, dulunya tempat ini bernama Sendang Pusung. Pusung sendiri merupakan singkatan dari kalimat bahasa Jawa “sing ngapusi busung” yang artinya siapa yang berbohong akan terkena tulah. Kemudian namanya diubah menjadi Sendang Jatiningsih yang berarti sumber air dari rahmat Tuhan yang mendatangkan kedamaian.

Gua Maria Sendang Jatiningsih dibangun tepat di pinggir aliran Sungai Progo. Hal ini menjadikan kawasan Sendang Jatiningsih menjadi nyaman untuk berdoa.

Salah satu Stasi perhentian Jalan Salib di Jatiningsih

Bagi Anda yang ingin melakukan jalan Salib yang panjang,  perhentian yang pertama berada sebelum tempat parkir agak jauh dari pintu masuk goa Maria.  Didalam area Gua Maria Jatiningsih juga terdapat jalan Salib singkat. 

Didekat pintu masuk terdapat kios penjual pernik-pernik rohani, seperti Rosario, salib dan botol tempat air suci.

Seperti layaknya Gua Maria pada umumnya, di tempat ini juga terdapat sebuah sendang atau mata air. Dulunya mata air ini terbuka, namun kini sudah ditutup dengan kaca dan airnya dialirkan melalui beberapa kran yang terpasang di dinding kapur. Air yang mengalir ini diberi nama Tirta Wening Banyu Panguripan atau yang bermakna air bening pemberi kehidupan.

Bagi Anda yang ingin berdoa, ada tiga tempat untuk berdoa, pertama di depan Gua Maria, kedua di depan Salib besar dan ketiga di depan patung Pieta.

Selain untuk berdoa, Gua Maria dipergunakan untuk misa, rekoleksi dan pertemuan.

Ornamen Yesus disalibkan

Sejarah Gua Maria Jatiningsih

Perjalanan waktu telah menghantarkan Gua Maria Sendang Jati(ning)sih yang berarti Sumber air dari rahmat Tuhan yang sungguh-sungguh mendatangkan kedamaian, ini menjadi salah satu pilihan bagi siapa saja yang ingin melepaskan dahaga rohaninya.

Awal mula pembangunan gua yang semula bernama Sendang Pusung (Sing ngapusi busung = Siapa yang berbohong akan terkena tulahnya) nama yang diambil dari nama asli tempat atau lokasi di mana Gua Maria dibangun ini merupakan cerita panjang dari perkembangan Gereja Katolik di daerah Klepu, khususnya di Dusun Jitar, Pingitan. Cerita gua yang juga bernama Sendang Jatiarum karena letakknya berada di bawah rimbunan pepohonan jati di desa Sumberarum ini berawal dari sejarah Gereja Katolik di tahun 1952.

Masyarakat Dusun Jitar Pingitan pada mulanya belum mememul satu agama. Mereka masih abangan atau boleh dibilang masih menganut kejawen. Namun sekitar tahun 1950-an anak-anak mereka yang memeluk agama Katholik sukses dalam pendidikan dan mempunyai pekerjaan yang mapan. Rupanya kesuksesan anak-anak ini menjadi daya tarik tersendiri bagi orangtua mereka untuk kemudian menjadi Katholik.

Kisah itu bermula dari dibaptisnya FX Dikin di Gereja St Petrus dan Paulus Klepu pada Desember 1952. Dikin ketika itu masih duduk di kelas V SD Kanisius Ngapak. Setahun kemudian (1953), bulan April, jejak Dikin disusul empat rekannya yaitu Ignasius Tentrem, P. Sapardi, B. Semin, dan Taryono. Mereka inilah yang menjadi pionir berkembangnya agama Katholik di Jitar, Pingitan.

Setelah dibaptis, P. Sapardi memelopori berdirinya Lingkungan Jitar Pingitan. Pelajaran agama Katholik dilakukan Sapardi saban malam Jumat. Lambat laun umat di lingkungan semakin bertambah.

Berbagai kegiatan kesenian tradisional seperti wayang orang, ketoprak, karawitan, tari kreasi baru, bahkan selawatan merupakan sarana pewartaan yang dimanfaatkan para muda-mudi ketika itu. Mereka tak segan-segan menambah label Katholik di belakang nama kegiatan mereka, seperti wayang orang Katholik, ketoprak pemuda Katholik, dan seterusnya. Rupanya karena semakin banyak masyarakat yang masuk Katholik dan belum ada tempat ibadat itulah yang mendorong Ignatius Purwowidono menghibahkan tanahnya seluas 200-m² yang bersebelahan dengan rumahnya untuk didirikan kapel bagi umat Lingkungan Jitar Pingitan. Berkat perjuangan dan jerih payah kaum muda ini pada tahun 1984 hampir semua orangtua di Dusun Jitar dan Pingitan ingin belajar agama Katholik secara intensif.

Tanah hibahan Purwowidono itu ternyata tidak jadi untuk kapel. Menurut pastor paroki ketika itu jarak antara Dusun Jitar Pingitan dan Gereja Paroki hanya 2,½-km. Karenanya, bersama Br Yosefat FIC, umat kemudian membangun tempat ibadat yang beratapkan langit. Karena recana tempat ibadat yang beratapkan langgit itu, maka Purwowidono kemudian menukarkan tanah seluar 200-m² di samping rumahnya dengan tanahnya yang terletak di tepi Kali Progo seluas 800-m². Dengan swadaya umat perlahan tempat ibadat itu mulai dibangun sedikit demi sedikit.

Demikianlah proses perjalanan Gua Maria ini. Di tempat ibadat beratapkan langit itu umat semula merencanakan untuk membuat gua kecil dan menempatkan sebuah patung kecil setinggi 30-cm. Namun setelah bermusyawarah, umat akhirnya memutuskan membuat sebuah gua yang lebih besar dan menempatkan patung berukuran 165-cm di dalamnya. Secara swadaya umat mulai membangun gua pada 1-Mei-1986. Mereka mendatangkan batu gua putih yang banyak berlubang dari Gunungkidul, Wonosari.

Patung Bunda Maria dibuat seorang pematung dari Muntilan. Patung itu ditahtakan pada 15-Agustus-1986, diberkati Romo Mardi Kartono SJ sebulan kemudian, tepatnya tanggal 8-September. Sejak itulah Sendang Jatiningsih mulai ramai dikunjungi banyak peziarah. Di gua ini pulalah tercatat sejarah 169 orangtua yang mulai belajar Katolik sejak tahun 1984, dibaptis Romo Mardi Kartono SJ dan Romo Grounwuth SJ. Di sini pulalah banyak peziarah datang bersujud di kaki Bunda Maria. Mereka menimba air kehidupan dan mencari keheningan untuk menemukan Dia!.

Pada hari minggu tanggal 27-Oktober-2002, umat Paroki Klepu mengadakan misa bersama Mgr J. Sunarka SJ di Gua Maria Sendang Jatiningsih sebagai syukur atas ditemukannya sumber mata air baru, Tirto wening banyu panguripan = air kehidupan, letaknya persis di belakang Gua Maria. Penemuan sumber mata air baru oleh Mgr Sunarka yang adalah putera Paroki Klepu ini merupakan bagian dari perjalanan panjang sejarah Gua Maria ini.

Galeri foto

Jalan Salib Singkat

Tempat Berdoa di depan Salib

Tempat berdoa didepan patung Pieta



ziarah gua maria, tempat ziarah gua maria di jawa tengah, doa ziarah gua maria, tempat ziarah gua maria, tempat ziarah gua maria lampung, ziarah gua maria di jogja, ziarah gua maria di jawa tengah, ziarah gua maria jawa timur, ziarah gua maria ambarawa, ziarah gua maria ambarawa kerep,
ziarah gua maria di yogyakarta, ziarah gua maria di jakarta, ziarah gua maria di bali, ziarah gua maria foto, ziarah gua maria gantang, ziarah gua maria gunung kidul, ziarah gua maria ganjuran jogja, ziarah gua maria jogja, ziarah gua maria jawa tengah, ziarah gua maria jawa, ziarah ke gua maria


gua maria sendang jatiningsih, gua maria sendang jatiningsih artinya, gua maria sendang jatiningsih jam buka, gua maria sendang jatiningsih youtube, gua maria sendang jatiningsih yang terkenal

Posting Komentar untuk "Ziarah ke Goa Maria Ratu Perdamaian Sendang Jatiningsih"

www.domainesia.com